2015 - Irfani Fathunaja





Irfani Fathunaja. Alumni IAIN Purwokerto Tahun 2015 mempunyai latar belakang pendidikan Dakwah dan Komunikasi jurusan Bimbingan Konseling Islam ini merupakan alumni IACS Tahun 2015. Irfan yang lahir di Ciamis pada 23 Mei 1993, sebuah kota kecil di tenggara jawa barat berasal dari keluarga sederhana, hal tersebut tak membuatnya menyerah begitu saja terhadap keadaan tetapi justru membuatnya berusaha mandiri serta berusaha keras meraih semua mimpi dan cita-citanya.
 
Semasa kuliah irfan sangat aktif di berbagai organisasi kampus yang mengantarkannya sebagai peraih beasiswa dari Djarum foundation tahun 2013. Disana irfan mendapatkan banyak pengalaman dan jaringan sesama mahasiswa tingkat nasional dengan mengikuti beberapa pelatihan soft skill dan project community empowerment. Di salah satu pelatihan yang di ikutinya adalah Nation Building, pelatihan ini mempertemukan 504 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke untuk mempelajari budaya di setiap provinsi, dan dari situ lah kecintaan terhadap budaya Indonesia mulai bertambah.

Meskipun awalnya tidak memiliki background tentang seni dan budaya, namun irfan berusaha mempelajari tarian demi tarian dengan modal yang sudah di dapatkan dari Nation Building tersebut sehingga mengantarkan nya menjadi salah satu peserta dalam Art Immertions and Student Exchange di Chiang Mai University Thailand tahun 2013, delegasi dalam World Culture Forum 2013 di Bali,  Juara persahabatan Mojang Jajaka Jawa Barat tahun 2014 dan beberapa event nasional dan international yang lain nya. Setelah beberapa event dan kegiatan yang berkaitan dengan budaya di ikutinya, irfan juga mencoba untuk mengaplikasikan nya dengan mengikuti kegiatan volunteer  AIESEC Indonesia Lc Universitas Diponegoro di project “UNIVERSE” sebagai divisi exchange. kegiatan yang bertema budaya ini di ikuti oleh lebih dari 20 peserta yang berasal dari negara eropa, timur tengah, serta asean. Bersama mereka, irfan belajar seni budaya dengan memainkan alat music tradisional jawa yaitu gamelan dan beberapa alat lain nya. Dalam project tersebut, irfan juga belajar mamahami Local wisdom  di semarang, khusus nya di desa wisata kandri. Kecintaan nya terhadap budaya pun dia dapatkan pula setelah mengunjungi tempat-tempat wisata dan beberapa media local di Jawa Tengah. 

Awal tahun 2015, irfan mendapat informasi tentang program IACS dari temannya melalui salah satu media sosial, walaupun tak mempunyai basic sebagai anak sanggar irfan tetap mengirimkan berkas nya kepada panitia, baginya hal ini seperti menantang dirinya sendiri untuk melakukan hal yang berbeda dari sebelumnya, semua itu tak sia-sia karena akhirnya  bagian diplomasi dan publik Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia memilihnya sebagai salah satu dari lima orang perwakilan indonesia  lainnya.
Rumata Makassar merupakan sanggar seni dimana irfan bersama teman-teman dari 11 negara berbeda seperti India, Belanda, Rep.Cheko, Kiribati, Kazakhtan, Vietnam, Spanyol, New Caledonia, Austria dan Malaysia bersama-sama belajar adat istiadat sulawesi selatan seperti Tari Kondosopata dan Tari mamasa serta belajar memainkan music tradisioal seperti kecapi bugis, suling, kendang dan katok-katok. Bagi irfan yg baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau sulawesi program IACS benar-benar membuatnya makin mencintai Indonesia dengan berbagai keanekaragaman, budaya, bahasa, dan adat istiadatnya.

Selama 3 bulan bersama, selain belajar saling memahami semua perbedaan serta adat istiadat setempat, irfan bersama teman-temannya diajak untuk mengenal sulawesi selatan dengan berbagai keindahan alamnya melalui kunjungan nya ke beberapa tempat wisata seperti, Rammang-Rammang, Pantai Bira, Apalarang, Samalona, dan Tana Toraja.

Bagi nya kini, seni budaya sudah menjadi sesuatu yang melekat dalam dirinya dan akan selalu dia jadikan sebagai identitas diri sekaligus bukti bahwa dengan seni budaya lah Indonesia menjadi lebih kaya.
“I PROUD TO BE INDONESIAN” - Irfani





Tidak ada komentar:

Posting Komentar