2015 - Yani Siregar





Yani Parasti Siregar, merupakan perempuan kelahiran Bandung, 14 Januari 1993. Meskipun tinggal di Bandung sejak masih di kandungan ibu, ia merupakan Pejabat alias Peranakan Jawa Batak. Yani memilih jurusan Ilmu Hubungan Internasional sebagai studinya di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Ketertarikan Yani pada seni dimulai saat taman kanak-kanak di TK Paulus Bandung, ketika terdapat salah satu ekstrakurikuler tari tradisional, yang ternyata cukup seru. Setelah tampil satu kali di panggung seantero TK, Yani ternyata menyukai tari daerah. Begitupun ketika SD, Yani kembali melanjutkan ekstrakurikuler favoritnya tersebut.

Beruntungnya, ketika sekolah di SMP BPK Penabur 1 Bandung, tari daerah menjadi muatan lokal yang wajib diambil. Dari situ Yani semakin mengenai tari daerah terutama tarian Sunda seperti tari Merak. Beberapa kali tampil seperti di Dinas Pendidikan Kota Bandung dan beberapa acara lainnya.
Yani sempat sedih karena di SMA ia sama sekali tidak mencicipi tarian daerah karena ketiadaan ekskul, maupun minim informasi tentang tempat belajar tari.

Saat masuk universitas, Yani seperti menemukan pencerahan ketika terdapat suatu unit kegiatan mahasiswa yang bernama Lingkung Seni Tradisional alias LISTRA UNPAR.  Hal itulah yang kemudian menjadi titik awal bagi Yani untuk semakin mengenal budaya Indonesia yang super kaya dan membanggakan.

Penampilan pertama Yani bersama LISTRA UNPAR terjadi di panggung De La Salle, Lipa City, Filipina dalam gelaran Sayaw Filipinas. Di sini Yani menampilkan tari Mojang Priangan yang menceritakan tentang perempuan Sunda yang cantik, memakai kebaya dan sanggul. Dari situ Yani bersama akang teteh dan kawan-kawan LISTRA belajar berbagai tarian tradisional Indonesia dan tampil di berbagai perhelatan baik di kampus maupun luar kampus. Bersama LISTRA juga Yani sempat mengikuti lomba dan meraih juara dalam PIASTRO Universitas Indonesia serta MEDUSA Universitas Atmajaya. Bersama LISTRA, Yani dapat membanggakan Indonesia melalui Misi Budaya menuju Yunani pada tahun 2014.

Setiap perjalanan itulah yang kemudian menginspirasi Yani untuk mengikuti seleksi kegiatan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Sungguh merupakan hal yang luar biasa untuk dapat bergabung dengan 70 peserta BSBI dari 47 negara di dunia. Menjalani orientasi di Jakarta, hingga akhirnya Yani ditempatkan di Bali bersama 11 peserta dari Thailand, Turki, Kanada, Prancis, Vanuatu, Spanyol, Timor Leste, Filipina, Laos, Tiongkok, dan Yunani. Yani dengan makanan Bali yang selalu pedas mungkin karena Yani terbiasa dengan makanan-makanan Bandung), matahari yang bersinar selalu terang, sesajen yang selalu ditebarkan, upacara adat yang selalu ada hampir setiap minggunya, latihan tari dan gamelan yang selalu menguras tenaganya.

Hingga akhirnya Yani sadar bahwa ini bukan sekedar belajar tari dan gamelan, tapi sungguh merupakan pengalaman belajar satu bagian budaya di Indonesia secara mendalam. Indonesia bukan tanpa kekurangan, tapi di situlah Yani sadar bahwa ini kesempatan yang baik untuk berbagi dengan teman-teman dari mancanegara mengenai keindahan Indonesia, dan bagaimana untuk memperbaiki dan meningkatkan segala hal yang mungkin masih belum maksimal di negara yang indah ini. Saling belajar dan memahami, serta makin mengenal pribadi sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar