Yani Parasti Siregar, merupakan perempuan kelahiran Bandung,
14 Januari 1993. Meskipun tinggal di Bandung sejak masih di kandungan ibu, ia
merupakan Pejabat alias Peranakan Jawa Batak. Yani memilih jurusan Ilmu
Hubungan Internasional sebagai studinya di Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung.
Ketertarikan Yani pada seni dimulai saat taman kanak-kanak di
TK Paulus Bandung, ketika terdapat salah satu ekstrakurikuler tari tradisional,
yang ternyata cukup seru. Setelah tampil satu kali di panggung seantero TK,
Yani ternyata menyukai tari daerah. Begitupun ketika SD, Yani kembali
melanjutkan ekstrakurikuler favoritnya tersebut.
Beruntungnya, ketika sekolah di SMP BPK Penabur 1 Bandung,
tari daerah menjadi muatan lokal yang wajib diambil. Dari situ Yani semakin
mengenai tari daerah terutama tarian Sunda seperti tari Merak. Beberapa kali
tampil seperti di Dinas Pendidikan Kota Bandung dan beberapa acara lainnya.
Yani sempat sedih karena di SMA ia sama sekali tidak
mencicipi tarian daerah karena ketiadaan ekskul, maupun minim informasi tentang
tempat belajar tari.
Saat masuk universitas, Yani seperti menemukan pencerahan
ketika terdapat suatu unit kegiatan mahasiswa yang bernama Lingkung Seni
Tradisional alias LISTRA UNPAR. Hal
itulah yang kemudian menjadi titik awal bagi Yani untuk semakin mengenal budaya
Indonesia yang super kaya dan membanggakan.
Penampilan pertama Yani bersama LISTRA UNPAR terjadi di
panggung De La Salle, Lipa City, Filipina dalam gelaran Sayaw Filipinas. Di
sini Yani menampilkan tari Mojang Priangan yang menceritakan tentang perempuan
Sunda yang cantik, memakai kebaya dan sanggul. Dari situ Yani bersama akang teteh
dan kawan-kawan LISTRA belajar berbagai tarian tradisional Indonesia dan tampil
di berbagai perhelatan baik di kampus maupun luar kampus. Bersama LISTRA juga
Yani sempat mengikuti lomba dan meraih juara dalam PIASTRO Universitas
Indonesia serta MEDUSA Universitas Atmajaya. Bersama LISTRA, Yani dapat
membanggakan Indonesia melalui Misi Budaya menuju Yunani pada tahun 2014.
Setiap perjalanan itulah yang kemudian menginspirasi Yani untuk
mengikuti seleksi kegiatan Beasiswa Seni
dan Budaya Indonesia (BSBI) yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri
Indonesia. Sungguh merupakan hal yang luar biasa untuk dapat bergabung dengan
70 peserta BSBI dari 47 negara di dunia. Menjalani orientasi di Jakarta, hingga
akhirnya Yani ditempatkan di Bali bersama 11 peserta dari Thailand, Turki,
Kanada, Prancis, Vanuatu, Spanyol, Timor Leste, Filipina, Laos, Tiongkok, dan
Yunani. Yani dengan makanan Bali yang selalu pedas mungkin karena Yani terbiasa
dengan makanan-makanan Bandung), matahari yang bersinar selalu terang, sesajen
yang selalu ditebarkan, upacara adat yang selalu ada hampir setiap minggunya,
latihan tari dan gamelan yang selalu menguras tenaganya.
Hingga akhirnya Yani sadar bahwa ini bukan sekedar belajar
tari dan gamelan, tapi sungguh merupakan pengalaman belajar satu bagian budaya
di Indonesia secara mendalam. Indonesia bukan tanpa kekurangan, tapi di situlah
Yani sadar bahwa ini kesempatan yang baik untuk berbagi dengan teman-teman dari
mancanegara mengenai keindahan Indonesia, dan bagaimana untuk memperbaiki dan
meningkatkan segala hal yang mungkin masih belum maksimal di negara yang indah
ini. Saling belajar dan memahami, serta makin mengenal pribadi sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar